Tinggal di pelosok desa yang masih sangat sunyi dan belum dialiri listrik membuat kumpul keluarga di rumahku menjadi acara pokok setiap malam. Dongeng dari papa dan mama menjadi rutinitas yang tak sengaja ditunggu. Papa lebih cenderung cerita yang seram-seram, tentang mayat yang bangkit dari kuburan, tentang bayi yang dibuang ke sumur tua dan cerita-cerita lainnya yang mampu membuat kami menjerit sekuatnya. Kata papa sih, biar kami jadi anak-anak yang berani. Benar juga, efeknya terasa sekarang. Kami seakan kebal dengan segala cerita horror. Mama? Tentu saja dengan fitrahnya sebagai seorang muslimah dengan segala sisi kelembutan memilih jalur lain. Mama lebih banyak bercerita tentang malin kundang yang durhaka, tentang nasi yang menangis bila ditinggalkan, tentang kewajiban mama saat seusiaku dan pelajaran lain yang kadang sangat menyebalkan untuk didengar. Namun, ada satu dongeng yang tetap kukenang sampai sekarang. Dongeng tentang cinta di bulan purnama. Aku dan adik-adik sangat senang dengan kehadiran purnama, karena kami bisa main sepuasnya di luar rumah. Sampai suatu saat adikku yang waktu itu masih berumur lima tahun menunjuk bulan dan bertanya “Kak, itu gambar apa yang ada di bulan ?”. Belum sempat kujawab, mama dengan kasihnya menerangkan, “Itu gambar seorang ibu yang sedang menyusui anaknya”. Aku menajamkan pandangan dan gambar itu semakin jelas. Ya!Mirip gambar seorang ibu yang sedang menggendong dan membelai anaknya. Aku juga belum mengerti ketika itu karena umurku baru menginjak delapan tahun. Aku ikut bertanya “Kenapa menyusui harus ke bulan ?” Mama akhirnya bercerita “Itu hanya gambar, karena Tuhan punya cara sendiri untuk menyayangi Ibu, maka Tuhan melukis gambar itu agar anak-anak selalu ingat bahwa ibu selalu sayang sama anaknya. Mama berharap setiap kali kalian memandang purnama, kalian juga ingat sama mama.” Yah, itu hanya dongeng sederhana dari seorang ibu, tapi pengaruhnya sangat besar ! Di kala aku jauh dari mama. Aku sangat merindukan kehadiran purnama. Sambil menatap bulan, waktu berpendar.. membawaku jauh ke pelataran cinta mama. Tidak hanya mama, aku ingat satu per satu wajah adik-adikku dan kebahagiaan ketika kami masih bersama-sama. Pernah di satu waktu, kami berkumpul kembali, adikku bertanya “Kak, masih ingat ga cerita mama tentang cinta di bulan purnama ?” Subhanallaah, ternyata adikku pun masih mengingatnya. Pertemuan itu menghadirkan nostalgia yang indah. Dimanapun ada purnama, di situlah hati kami dipersatukan dalam rasa rindu yang sangat kuat, di situ jgua berbait rasa syukur dan berantai doa yang tak terputus kupanjatkan agar mama dan papa dimuliakan Allah.. Sahabat-sahabat, kenanglah dongeng-dongeng yang pernah dilantunkan orang tua kita. Dulu, mungkin kita belum mengerti.. tapi sekarang, alangkah indahnya ketika hikmah itu terbentang di depan mata. Terimakasih ya Allah…. Hanya Engkau Yang Maha Tahu cara membahagiakan hati-hati hamba-Mu.
Selasa, 20 Juli 2010
Belaian Cinta di Purnama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar